PANGKALPINANG, SEPUTARINDONESIA – Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Pangkalpinang meninjau pelaksanaan Program Integrasi Kurikulum Anti Narkoba (IKAN) di SMA Negeri 4 Pangkalpinang, (06/03/2025).
Program ini bertujuan mengintegrasikan materi pencegahan narkoba dalam kurikulum sekolah untuk membangun kesadaran moral dan ketahanan siswa terhadap bahaya narkoba.
Kepala BNN, Marthinus Hukom, dalam kunjungannya ke SMA Negeri 4 Pangkalpinang, menegaskan bahwa sekolah ini dipilih sebagai pilot proyek Program IKAN karena telah menjalankan program tersebut sebelum ia menjabat sebagai Kepala BNN.
“Ya, SMA 4 ini menjadi pilot proyek karena ini dilaksanakan sebelum saya menjadi Kepala BNN. Saya tahu ini menjadi pilot proyek ya. Program IKAN ini adalah Integrasi Kurikulum Anti Narkoba dengan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam dan pembangunan moral,” ujarnya.
Menurut Marthinus, program ini melibatkan lima mata pelajaran, yaitu Kimia, Biologi, Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK), serta Pendidikan Kewarganegaraan (PKN).
“Tadi sudah dijelaskan panjang lebar oleh Ibu Kepsek bagaimana mengintegrasikan lima mata pelajaran itu. Implementasinya bisa ditanyakan ke beliau. Ini adalah salah satu program unggulan di dunia pendidikan untuk membentengi anak-anak kita dari ancaman bahaya narkoba,” katanya.
BNN berencana menerapkan program ini di sekolah-sekolah lain di seluruh Indonesia. Marthinus menambahkan bahwa ide pengembangan Program IKAN berasal dari Deputi Pencegahan BNN yang baru menjabat sekitar satu bulan lalu.
“Saya melihat ini program yang bagus, yang unggul, dan kita akan aplikasikan di lingkungan pendidikan lain,” ujarnya.
Ia juga menyoroti ancaman narkoba yang masuk ke Indonesia melalui berbagai jalur, termasuk udara, serta dampaknya yang merusak moral masyarakat.
“Hari ini kita menemukan mereka masuk melalui jalur udara. Dampaknya sudah pasti merusak, baik secara fisik maupun moral, dari rayuan penggunaan hingga rayuan keuntungan yang sebenarnya kecil tapi berisiko besar,” tegasnya.
Sebagai contoh, ia mengungkapkan kasus seorang perempuan berusia 60 tahun yang nekat menyelundupkan narkoba dari Brasil karena tergiur keuntungan sesaat.
“Bulan kemarin kita menangkap seorang ibu umur 60 tahun, memiliki anak cucu, tapi karena kebutuhan yang menurut saya cuma sedikit, dia harus terbang melampaui batas negara hingga ke São Paulo, Brasil, lalu membawa sekitar 5 kilogram kokain ke Indonesia dan Thailand. Ini risiko yang luar biasa,” ungkapnya.
Marthinus menekankan pentingnya membangun kesadaran moral sejak dini agar generasi muda dapat memilih jalan yang benar dan menjauhi narkoba.
“Kalau orang sejak awal dibangun kesadaran moralnya, dia akan memilih yang baik untuk dirinya dan menjauhi yang tidak baik,” katanya.
Saat ini, BNN terus mengembangkan strategi pencegahan, termasuk melalui pendidikan, rehabilitasi, dan penguatan ketahanan sosial. Meskipun belum ada survei khusus mengenai kondisi darurat narkoba di kalangan remaja di Bangka Belitung, BNN merujuk pada data nasional yang mencatat sekitar 312 ribu remaja berisiko terpapar narkoba.
“Angka ini menjadi dasar bagi kita untuk menekan dan memutus mata rantai pengaruh narkoba terhadap remaja melalui pendekatan komprehensif,” tutupnya.(Maulana).